SIDO Stocksplit, Apakah Layak Dibeli? Analisa SIDO Q2 2020

2

PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) pada RUPSLB tanggal 27 Agustus 2020 memutuskan untuk melakukan Stock Split 1:2 pada saham SIDO. Stocksplit adalah pemecahan harga dan jumlah saham, yang biasanya dilakukan pada saat sebuah saham sudah terlalu tinggi harganya dan kurang menarik untuk diperjual belikan oleh investor. Harga SIDO pada tanggal 11 September 2020, yaitu hari terakhir perdagangan dengan nominal lama, adalah Rp. 1495/ lembar saham. Sebenarnya secara harga SIDO masih cukup terjangkau oleh masyarakat, sehingga keputusan stocksplit ini sebenarnya cukup mengejutkan.

Manajemen SIDO melalui public expose beberapa waktu lalu menyatakan bahwa keputusan melakukan stocksplit adalah karena ada permintaan dari banyak investor juga. Selain itu diharapkan setelah adanya stocksplit, saham SIDO bisa menjadi lebih likuid di pasar, dan semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham SIDO. Lalu bagaimanakah dengan prospek bisnis SIDO dan sahamnya sendiri? Mari kita coba untuk menilainya berdasarkan kinerja, prospek, dan valuasinya.

Kinerja SIDO

Sepanjang Q2 2020, SIDO berhasil mencatatkan pertumbuhan yang cukup memuaskan di tengah pandemi, seperti yang terlihat di bagan berikut

performa SIDO Q2 2020
Performa SIDO Q2 2020

Meskipun terjadi PSBB sepanjang April-Juni dan daya beli masyarakat mengalami pelemahan, namun penjualan SIDO meningkat sebesar 4%, sedangkan Laba bersih setelah pajak masih meningkat double digit sebesar 11%. Ini artinya SIDO berhasil menurunkan pos-pos pengeluarannya secara cukup signifikan. Apalagi sepanjang masa PSBB, penjualan ekspor ke Filipina terhambat karena adanya lockdown, padahal penjualan ekspor SIDO di tahun 2019 mencapai 5% dari total penjualan, sehingga sebenarnya kinerja penjualan SIDO bisa jauh lebih baik lagi seandainya tidak ada pandemi COVID-19.

performa SIDO 2015-2019
kinerja SIDO 2015-2019

Jika dilihat dari data 5 tahun terakhir, penjualan SIDO juga terus menunjukkan tren bertumbuh dengan CAGR sekitar 8,4% per tahun. Begitu pula dengan laba bersihnya, SIDO bahkan mencatat pertumbuhan laba hampir 2 kali lipat, dengan CAGR sekitar 16,6%. Tren pertumbuhan ini bisa dipastikan akan terus berlanjut, karena pada 2018 kemarin SIDO baru saja merampungkan pabrik barunya di daerah Bergas Klepu, Semarang yang memiliki kapasitas hingga 100 juta sachet per bulan, dan di saat yang sama SIDO juga mulai berekspansi ke Nigeria. Dalam beberapa tahun mendatang, sepertinya pertumbuhan pasar ekspor SIDO juga akan memberikan kontribusi penjualan yang cukup signifikan.

Prospek SIDO

Sebagai sebuah perusahaan yang sudah cukup lama berdiri, produk-produk SIDO memiliki citra merk yang cukup kuat di benak masyarakat. Sebut saja merk Tolak Angin, kemudian KukuBima Ener-G yang mana semuanya menjadi pemimpin pasar dalam segmentasi produknya masing-masing. Ini memungkinkan SIDO untuk memasang harga yang lebih premium dibanding kompetitor, dan mendapatkan marjin yang lebih tinggi. Apalagi banyak konsumen SIDO yang sudah merasa cocok dengan produk-produk SIDO dan tidak mudah untuk berpindah ke produk lain. Sehingga bisa dibilang secara perusahaan SIDO ini sudah berhasil menguasai pasar domestik.

Secara industri, industri jamu sendiri memiliki sejarah yang panjang bagi masyarakat Indonesia. Jamu sebagai obat tradisional sejak dulu sudah menjadi andalan masyarakat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti masuk angin, batuk, pilek dan pegal-pegal. Seiring dengan perkembangan jaman dan tren pola hidup sehat yang meningkat, kesadaran masyarakat untuk memilih produk obat-obatan yang terbuat dari bahan herbal alami seperti jamu juga ikut meningkat. Karena itu industri jamu pun tetap mampu tumbuh secara konsisten setiap tahunnya. Pertumbuhan ini juga didukung oleh alam Indonesia yang memiliki ribuan jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan jamu. Pemerintah juga ikut mendukung perkembangan industri jamu nasional melalui berbagai kebijakan, seperti Inpres Nomor 6 Tahun 2016, dan pembentukan satgas Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Jamu dan Fitofarmaka yang bertujuan mendorong pengembangan jamu dan fitofarmaka sebagai salah satu upaya preventif untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

Secara tidak langsung, pandemi COVID-19 ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk pentingnya menjaga kesehatan dan daya tubuh. Kesadaran ini pada akhirnya juga ikut meningkatkan konsumsi produk jamu dan vitamin preventif SIDO, seperti Tolak Angin dan Vitamin C 1000. Dalam mendistribusikan produk-produknya, SIDO membagi jalur distribusi menjadi dua, yaitu General Trade (toko tradisional) dan Modern Trade (supermarket). Selama masa PSBB, penjualan melalui General Trade mengalami perlambatan, namun penjualan melalui Modern Trade dan situs e-commerce mengalami peningkatan.

Yang menarik untuk dilihat adalah prospek SIDO dalam beberapa tahun ke depan. SIDO berencana untuk terus melakukan penetrasi pasar ke Indonesia bagian timur, serta tentunya memperluas pasar ekspor. Untuk saat ini SIDO telah memiliki kantor cabang di Filipina dan Nigeria, serta sub distributor di beberapa negara lain seperti Malaysia, Arab Saudi, dan Australia. Untuk saat ini kontribusi penjualan ekspor SIDO adalah sekitar 5% dari total penjualan, namun kenaikannya lebih dari 100% dibandingkan penjualan tahun 2018 yang hanya sekitar 2%. Dengan CAGR penjualan SIDO yang di angka 8,4% dalam 5 tahun terakhir, maka bisa diprediksi angka penjualan SIDO paling tidak bisa mencapai sekitar 4,5 triliun pada 2024 jika tidak ada perubahan pada CAGR nya. Dengan melihat pertumbuhan penjualan ekspor, serta kapasitas pabrik baru SIDO yang belum terpakai seluruhnya, sepertinya angka itu sangat masuk akal untuk dicapai. Dengan catatan tentunya, pandemi COVID-19 bisa segera berlalu sehingga daya beli masyarakat bisa kembali menguat.

Valuasi SIDO

Nah, dari data dan analisa di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa SIDO ini adalah perusahaan yang bagus dan memiliki masa depan yang cerah juga. Merupakan pemimpin pasar di industrinya, bidang usahanya termasuk salah satu yang kebal dari pandemi COVID-19, industrinya sedang dalam tren bertumbuh, serta memiliki manajemen yang kompeten dan menjunjung GCG. Lalu bagaimana dengan valuasinya? Per 11 September, di angka 1495/ lembar saham, SIDO dihargai di kisaran 6,8 kali nilai bukunya. Ini adalah harga yang cukup mahal untuk sebuah saham, meskipun memang kebanyakan saham di sektor consumer goods selalu dihargai premium. Tidak heran, karena kinerja SIDO memang sangat baik dalam beberapa tahun terakhir. Jadi apakah SIDO masih layak untuk dibeli di harga yang sekarang? Asumsi setelah stocksplit, harga SIDO akan berada di angka 750 an per lembar, dengan valuasi yang sama.

Jawabannya, tidak di harga yang sekarang. Karena valuasi SIDO sebenarnya sudah cukup premium, dan pertumbuhan ekuitasnya cukup lambat. Karena setiap tahun SIDO membagikan dividen yang besarnya sekitar 80-90 persen dari laba bersihnya. Akibatnya pertumbuhan ekuitas SIDO tidak bisa mengimbangi kenaikan harga sahamnya 2 tahun terakhir, sehingga valuasinya menjadi semakin mahal. Karena itu SIDO menurutku juga bukan termasuk value stock yang harganya murah dan punya potensi untuk memberikan keuntungan berlipat ganda, sehingga kurang cocok untuk investor yang mengejar saham multibagger. SIDO lebih cocok dijadikan sebagai dividend stock, karena royal dalam membagikan dividen, serta pertumbuhan EPS nya yang double digit dalam beberapa tahun terakhir. Bagi investor jangka panjang yang menyukai dividen seperti saya, SIDO ini sangat menarik untuk dimiliki, karena industrinya termasuk yang kebal krisis dan sedang bertumbuh. Bagi kalian yang sudah memiliki SIDO ini sejak beberapa tahun lalu, silakan duduk manis dan tidur, nikmati dividennya. Karena SIDO masih akan terus tumbuh hingga bertahun-tahun mendatang. Bagi yang belum memiliki SIDO, tidak perlu ikut terburu masuk di harga sekarang, kecuali kalian bisa bersabar memegang SIDO selama minimal 5 tahun. Karena dalam jangka pendek harganya akan tetap berfluktuasi. Jika tidak kuat melihat floating loss dalam porto kalian, lebih baik tunggu harga SIDO terkoreksi minimal menyentuh harga terendah dalam 6 bulan atau 1 tahun terakhir, barulah bisa dipertimbangkan untuk membeli SIDO.

Kesimpulan

SIDO melakukan stocksplit di tahun 2020 karena ingin meningkatkan likuiditas dan ketertarikan investor pada saham SIDO. Kinerja SIDO sendiri dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Begitu pula dengan prospek SIDO, yang baru saja memiliki pabrik baru di 2018, serta membuka kantor cabang di Nigeria. Dengan kapasitas produksi yang meningkat dan penetrasi pasar, volume penjualan SIDO pun akan semakin bertumbuh. Sayangnya valuasi SIDO terbilang sudah cukup premium, sehingga kurang cocok untuk dijadikan sebagai value stock yang berpotensi multibagger. SIDO lebih cocok untuk dijadikan dividend stock dan dipegang dalam jangka waktu panjang.

Disclaimer: Analisa di atas adalah sebuah opini, bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Saya sendiri sudah memegang SIDO sejak tahun 2018, dan hingga tulisan ini dibuat, belum ada tanda atau keinginan untuk menjualnya. Segala keputusan investasi adalah tanggung jawab masing-masing individu. Do Your Own Research.

Bagikan halaman ini