Bagaimanakah Cara Terbaik Untuk Belajar Saham Bagi Pemula?

0
investor saham
Photo by Mikhail Nilov from Pexels

Investasi saham merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk berinvestasi, mengumpulkan dan mengembangkan kekayaan. Tidak heran jika SEMUA orang terkaya di dunia juga berinvestasi saham, karena sebagian besar kekayaan mereka diperoleh dari saham.

Melihat fakta di atas, tidak heran jika investasi saham juga menjadi populer di kalangan masyarakat belakangan ini. Terutama di kalangan milenial saat pandemi seperti sekarang. Masalahnya, banyak orang yang masuk ke pasar modal dan membeli saham tidak dibekali pengetahuan yang cukup. Kebanyakan dari mereka hanya ingin mendapatkan penghasilan tambahan dengan cepat dan mudah, tanpa mengetahui risiko di balik setiap keputusan membeli dan menjual saham.

Akibatnya, tidak sedikit yang akhirnya malah menderita kerugian besar karena saham yang dibeli turun harganya atau malah delisting. Karena itu, risiko terbesar dari berinvestasi saham adalah ketidaktahuan. Tidak tahu mengapa harga saham naik atau turun. Tidak tahu cara membedakan saham murah dengan saham mahal. Tidak tahu apakah bisnis sebuah perusahaan yang sahamnya dibeli bagus atau jelek, dan lain sebagainya. Untuk menghindari agar hal ini tidak terjadi, seorang investor saham harus mempelajari dulu tentang pasar modal dan saham yang akan dibelinya. Dan di sinilah letak permasalahannya.

Jaman dulu, untuk memperoleh pemahaman tentang saham perusahaan yang akan dibeli, seorang investor harus datang ke kantor bursa efek dan mencari laporan secara manual. Tapi di jaman sekarang, yang terjadi malah sebaliknya. Ada terlalu banyak informasi di internet. Akibatnya seorang investor seringkali dibuat kebingungan. Apalagi seorang investor pemula. Banyak yang merasa overwhelmed dengan terlalu banyaknya informasi. Tidak tahu mana yang merupakan informasi penting, mana yang hanya sekedar noise dan tidak perlu diperhatikan. Akibatnya, banyak investor pemula yang akhirnya menyerah untuk belajar, dan ujung-ujungnya hanya mengandalkan faktor keberuntungan dan sekedar ikut-ikutan dalam membeli saham. Jadi, bagaimanakah cara terbaik bagi seorang pemula untuk mempelajari saham? Saya akan berusaha menjelaskannya sesuai dengan pengalaman dan perjalanan saya sendiri sebagai seorang investor pasar modal.

1. Mindset

Sebelum saya memasuki pasar modal, saya memiliki mindset seperti kebanyakan orang. Saya ingin mendapatkan banyak keuntungan dengan cepat, dan dengan pengorbanan/modal sesedikit mungkin. Karena itu saya masuk ke dunia kripto. Pada saat itu dunia kripto masih belum se-booming saat ini. Tapi mungkin karena saya masuk di saat yang tepat, sebelum banyak orang mengenal kripto, maka sayapun mendapatkan hasil yang lumayan sekali. Bisa meraup untung hingga ribuan persen dalam waktu yang relatif sangat singkat.

Namun sayangnya, karena harga aset kripto sangatlah volatile, keuntungan besar yang sudah didapat ini sebagian besar menguap kembali saat harga kripto yang saya pegang anjlok. Sayapun jadi merasa cukup menyesal mengapa tidak menjual lebih cepat saat itu. Tentunya jika saya lebih cepat bertindak, nilai uang yang saya miliki sekarang tentu jauh lebih besar. Setelah kejadian ini, saya pun diperkenalkan ke pasar modal oleh salah satu teman. Saat itu, saya juga diberitahu mengenai metode investasi saham yang bernama Value Investing. Metode investasi yang sudah digunakan oleh banyak investor besar sukses di dunia, seperti Warren Buffet. Hal ini pun akhirnya membuka mata saya. Melihat bagaimana cara investor besar dunia menghitung risiko dan potensi keuntungan dari sebuah investasi, serta cara memilih instrumen investasinya. Inilah yang sama sekali tidak saya lakukan saat membeli kripto.

Dengan menyadari bahwa di balik setiap instrumen investasi ada nilai intrinsik, potensi keuntungan, dan risiko, saya menjadi orang yang lebih bijak dalam berinvestasi. Segera sesudah diperkenalkan ke pasar modal oleh teman saya itu, saya langsung memutuskan bahwa value investing adalah strategi berinvestasi yang harus saya pilih. Setelah itu saya pun segera membeli dan membaca beberapa buku yang mengajarkan tentang strategi value investing. Seperti The Intelligent Investor dan Security Analysis karangan Benjamin Graham, serta melihat video-video Youtube tentang kuliah yang diberikan oleh Lo Kheng Hong, salah satu value investor paling terkenal di Indonesia. Dengan semakin mempelajari tentang value investing, saya pun memiliki mindset dan keahlian dasar yang memberikan kepercayaan diri untuk bisa mempraktekkan strategi value investing ini.

Berikut ini beberapa buku yang bisa saya sarankan untuk dibaca bagi para pemula untuk membentuk mindset berinvestasi di pasar modal.

  • The Richest Man In Babylon by George S. Clason
richest man in babylon

Buku ini sama sekali tidak berbicara mengenai saham ataupun analisanya. Namun buku ini memberikan dasar mindset berinvestasi yang sangat penting untuk semua orang yang ingin belajar berinvestasi. Bagaimana pentingnya menunda kesenangan, seperti apa pengaruh kekuatan bunga majemuk untuk mengakumulasi kekayaan, hingga proteksi untuk menghindari kehilangan kekayaan di masa depan. Saya sangat merekomendasikan buku ini terutama untuk orang-orang yang belum pernah berinvestasi sama sekali.

  • The Intelligent Investor by Benjamin Graham

Buku ini sudah menjadi seperti kitab suci untuk semua investor besar di dunia. Pertama kali ditulis di tahun 1930-an oleh Benjamin Graham, mentor dari Warren Buffet, banyak dari isi buku ini masih sangat relevan di jaman sekarang. Di buku ini Anda akan diajarkan bagaimana membedakan antara investasi dengan spekulasi, membuat komposisi portofolio yang baik, serta belajar contoh kasus bagaimana kondisi pasar seringkali tidak rasional dan lebih banyak dipengaruhi oleh psikologi daripada kondisi fundamental sebuah bisnis, sebuah fenomena yang amat sering terjadi di bursa kita.

  • Value Investing Beat The Market in Five Minutes by Teguh Hidayat

Buku yang satu ini adalah salah satu buku yang pertama saya baca dalam perjalanan saya sebagai seorang investor. Ditulis oleh salah seorang investor lokal, Teguh Hidayat, buku ini juga memberikan cara-cara praktis untuk mulai berinvestasi di pasar modal menggunakan metode value investing. Disajikan dalam bahasa yang mudah dimengerti, buku ini cocok untuk dibaca oleh para pemula.

  • Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan by Joeliardi Sunendar

Buku yang keempat juga ditulis oleh seorang investor lokal. Bapak Joeliardi Sunendar yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun berinvestasi di pasar modal dalam dan luar negeri. Dengan buku ini, kita akan diberi tahu cara-cara praktis untuk menganalisa sebuah laporan keuangan. Sebuah skill yang wajib dikuasai oleh setiap investor yang berinvestasi di pasar modal.

Di luar keempat buku di atas, sebenarnya masih banyak lagi buku bagus yang bisa dibaca untuk menambah pengetahuan kita tentang investasi di pasar modal. Namun, menurut saya untuk pemula cukup membaca keempat buku ini saja dulu. Agar tidak terlalu banyak informasi yang nantinya malah bisa membuat semakin bingung. Buku-buku lain akan saya bahas di lain kesempatan.

Setelah memiliki mindset dan pengetahuan yang cukup tentang saham, hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah memiliki modal atau uang untuk berinvestasi.

2. Money/Modal

Untuk mulai berinvestasi, jelas kita membutuhkan uang/modal untuk memulai. Karena berinvestasi adalah kegiatan memutar uang. Jika tidak ada uang, maka tidak akan ada yang bisa diputar. Namun bagi Anda yang belum memiliki banyak uang tenang saja. Membutuhkan uang tidak sama dengan membutuhkan banyak uang. Jaman sekarang ada begitu banyak instrumen investasi yang cukup murah. Sehingga orang yang ingin berinvestasi bisa memulai dengan modal minimal. Beberapa instrumen investasi bahkan bisa dibeli dengan harga mulai dari 10 ribu rupiah. Untuk beberapa saham yang harganya di bawah 100, per lotnya malah lebih murah dari 10 ribu. Meskipun kebanyakan saham-saham di harga ini juga tidak memiliki fundamental yang baik.

Saya pribadi malah menyarankan bagi para pemula untuk mulai berinvestasi dengan jumlah uang yang kecil. Memang hasil yang didapat juga tidak akan banyak. Karena hasil investasi berbanding lurus dengan jumlah uang yang diinvestasikan. Namun karena seorang investor pemula biasanya masih harus melalui tahap pembelajaran yang panjang, biasanya mereka akan melakukan banyak kesalahan sebelum bisa mendapatkan keuntungan besar. Jika langsung berinvestasi dalam jumlah besar, kesalahan-kesalahan ini tentu akan dibayar dengan harga yang mahal. Karena itu saya menyarankan untuk memulai dalam jumlah yang kecil. Agar bisa membiasakan diri dengan cara kerja instrumen investasi yang dipilih. Sekaligus untuk bisa belajar menghadapi euforia maupun pesimisme pasar dengan tetap berkepala dingin, tidak mudah terbawa arus.

Apabila dalam tahap awal pembelajaran ini seorang investor sudah menjadi nyaman dengan tingkat risiko yang dihadapi, dan mulai bisa mengembangkan nilai portonya sedikit demi sedikit, barulah jumlah dana yang dikelola bisa ditingkatkan. Dengan memulai dari dana kecil, kita memupuk rasa percaya diri dalam berinvestasi dan menerapkan ilmu yang dipelajari. Kepercayaan diri ini akan sangat penting nantinya untuk mengelola dana yang besar. Agar tidak mudah goyah dan ikut-ikutan.

Yang perlu diingat adalah, pentingnya konsistensi dalam menerapkan hal ini. Meskipun saya menyarankan untuk memulai dalam jumlah kecil, bukan berarti setelah menyisihkan dana di awal, tidak perlu lagi menyisihkan dana baru untuk investasi. Sama sekali tidak. Idealnya, sisihkan dana secara berkala untuk berinvestasi. Seberapa kecilpun jumlahnya. Bisa sebulan sekali, seminggu sekali, atau setahun sekali. Dengan melakukan topup berkala dalam berinvestasi, kita akan termotivasi untuk belajar serta mengelola portofolio investasi dengan baik. Selain itu, jika dikelola dengan baik, uang yang diinvestasikan akan bertumbuh menjadi semakin banyak setiap tahunnya. Dan perasaan senang yang ditimbulkan karena bertumbuhnya nilai aset ini juga akan menjadi reward tersendiri. Yang nantinya juga akan memacu kita menyisihkan lebih banyak lagi. Dan setelah beberapa tahun, jumlah uang yang terkumpul, baik dari setoran ataupun pertumbuhan nilai aset, akan menjadi cukup signifikan. Saat itulah kita boleh berbangga. Bangga karena sudah bisa memiliki aset yang nilainya mungkin tidak terbayangkan beberapa tahun sebelumnya.

3. Action

Hal terakhir yang perlu dilakukan oleh seorang investor pemula untuk belajar berinvestasi saham adalah melakukan Action. Sebanyak apapun buku yang dibaca, atau sebesar apapun jumlah uang yang disisihkan, jika kita tidak mempraktekkan semua ilmu yang sudah dipelajari ya sama saja. Tidak akan jadi apa-apa. Tidak akan jadi lebih bijak. Tidak akan menjadi seorang investor. Tidak perlu takut untuk mengambil keputusan yang salah. Yang penting mulai praktek saja dulu. Jika takut rugi, bisa memulainya dengan jumlah dana sedikit. Berikut beberapa langkah praktis untuk take action:

  1. Membuka akun sekuritas (pilihlah sekuritas yang terpercaya, diawasi OJK, dan tidak ada setoran modal minimum).
  2. Menyetorkan dana ke akun sekuritas.
  3. Mencari & menganalisa saham-saham yang dirasa potensial.
  4. Membeli saham, yang setelah dianalisa ternyata memang bagus.
  5. Ulangi dari atas secara berkala mulai dari langkah no. 2 atau 3.

Selamat! Setelah melakukan kelima langkah di atas, kita pun sudah menjadi seorang investor saham. Berikutnya kita hanya perlu untuk melakukannya secara konsisten. Niscaya hasil porto kita pun akan terlihat memuaskan dalam beberapa tahun ke depan. Jika dalam 1-2 tahun pertama hasilnya masih belum memuaskan, tidak apa-apa. Jangan cepat berputus asa. Karena kita memang masih dalam tahap pembelajaran. Sisi positifnya adalah, dengan rutin menyetorkan dana dan menganalisa, kita akan selalu siap dan mampu untuk mengambil peluang investasi yang bagus di masa depan. Hanya saja tetap batasi jumlah saham di porto agar tidak terlalu banyak. Memegang terlalu banyak saham akan membuat kita kebingungan dan tidak memiliki waktu untuk mengikuti perkembangan mereka. Kecuali jika kita sudah langsung menjadi full-time investor. Sesuatu yang belum bisa dilakukan oleh 99 persen investor pemula.

What’s Next?

Setelah menjadi investor, tentunya kita tidak bisa hanya berdiam diri dan tak melakukan apa-apa. Perekonomian dunia, negara, serta kondisi perusahaan adalah hal yang dinamis dan selalu berubah. Karena itu saya menyarankan untuk meninjau ulang portofolio minimal setiap 3 bulan sekali (setiap LK kuartalan perusahaan muncul). Selain itu, ikuti berita-berita ekonomi yang muncul dan menjadi tren. Minimal berita-berita mengenai perusahaan yang sahamnya kita pegang. Karena itu tidak perlu memegang saham terlalu banyak. Agar tidak habis juga waktunya setiap hari membaca puluhan atau ratusan berita.

Lalu bagaimana jika seorang investor tidak suka membaca? Jika Anda malas untuk membaca berita atau laporan-laporan publikasi perusahaan, Anda dalam masalah besar. Pekerjaan utama seorang investor adalah membaca. Karena investasi adalah permainan akumulasi pengetahuan. Semakin banyak kita tahu, semakin baik kemampuan kita dalam membuat keputusan investasi. Mungkin hal ini bisa diatasi dengan menonton video Youtube atau media lainnya. Tapi tetap saja, informasi yang didapat bukanlah informasi dari sumber pertama. Melainkan sudah diolah oleh pihak ketiga. Dan kadangkala ada informasi yang hilang atau salah dalam proses pengolahan ini. Karena itu sangat penting untuk mendalami sendiri informasi tersebut langsung dari sumbernya. Jika Anda tidak bisa melakukan ini, mungkin berinvestasi saham individu bukan jalan yang cocok untuk Anda. Mungkin membeli reksadana yang dikelola oleh profesional atau indeks bisa membuat porto investasi Anda lebih baik. Dibandingkan dengan mengambil risiko membeli saham sendiri.

Akhir kata, semoga tulisan saya ini bisa berguna untuk para investor pemula yang sedang kebingungan tentang bagaimana cara mulai berinvestasi saham. Saya akan mencoba untuk memberikan pembahasan yang lebih mendalam mengenai cara menganalisa saham dan lainnya di tulisan-tulisan berikutnya. Happy Investing.

Bagikan halaman ini